Menteri Kelautan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono Tambak Udang Bumi Dipasena Revitalisasi Solusinya

0
722
Listen to this article

TULANG BAWANG – Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyebut revitalisasi menjadi solusi terbaik untuk terus meningkatkan produktivitas tambak udang Bumi Dipasena, yang merupakan salah satu kawasan tambak udang terbesar di Indonesia. Revitalisasi meliputi segala lini, mulai dari infrastruktur, penyediaan bahan baku budidaya, hingga pemasaran hasil produksi.

“Solusinya harus revitalisasi, tidak ada cara lain. Kalau revitalisasi mau, dengan metode dan manajemen baru. Kalau perlu manajemennya paguyuban. Maka ini akan menjadi salah satu industri tambak yang besar sekali,” ujar Menteri Trenggono saat berdialog dengan para pembudidaya Bumi Dipasena di Kantor Sekretariat Perhimpunan Petambak, Pembudidaya Udang Wilayah (P3UW) Lampung di Kecamatan Rawajitu, Kabupaten Tulang Bawang, Selasa (15-6-2021).

Kawasan tambak Bumi Dipasena luasnya sekitar 6.800 hektare, terdiri dari 17.139 petak. Dengan rincian 14.609 petak di antaranya produktif dan sisanya tidak. Komoditas yang dibudidayakan hampir 100 persen udang vanname. Volume produksinya di rentang 30 sampai 70 ton per hari, dengan nilai ekonomi mencapai Rp1,08 triliun per tahun. Sementara jumlah masyarakat yang menggantungkan hidup dari kegiatan tersebut sebanyak 6.500 kepala keluarga.

Baca Juga Berita  260 Rumah Warga Di kampung Bumi Baru Dipasangi Stiker Keluarga Prasejahtera Penerima Bantuan Sosial PKH

Selain dari penjualan udang, perputaran uang di Bumi Dipansena dihasilkan oleh kebutuhan benur udang sebanyak 21 juta kilogram yang nilainya mencapai Rp263 miliar per tahun. Kemudian pembelian pakan, obat-obatan, hingga pembelian es dengan nilai ekonomi hingga puluhan juta rupiah per tahun.

Menteri Trenggono memaparkan, revitalisasi yang dimaksud tidak sebatas infrastruktur tapi juga proses produksi, pemenuhan bahan baku, hingga pemasaran hasil panen. Saat ini, kawasan tambak Bumi Dipasena belum dilengkapi dengan instalasi pengolahan air limbah (IPAL), tidak adanya hatchery, laboratorium, coldstorage, hingga pabrik es.

Sedangkan persoalan di area tambak berupa pendangkalan kanal yang menyebabkan air dari laut sulit masuk ke petak-petak tambak pembudidaya. Kemudian mekanisme pasar juga dinilai belum ideal sebab masing-masing pembudidaya menjual langsung udang ke pembeli. Skema ini dinilai berpotensi menimbulkan persaingan harga yang tidak sehat.

“Saya datang ke sini ingin mendengar, ingin belajar. Tapi perlu saya sampaikan, bahwa persyaratan budidaya yang baik itu, pertama air yang bagus, ada IPAL, lalu kincir. Kemudian infrastruktur lainnya sebagai pendukung seperti pabrik pakan yang bisa terus menerus memenuhi kebutuhan. Kedua hatcery untuk bibit, yang ketiga ada laboratorium penyakit, dan keempat ada off-taker (pembeli) yang secara transparan. Satu lagi supply energi. Itu terpenuhi baru akan mencapai produktivitas yang bagus,” bebernya.

Baca Juga Berita  Indikasi Celah Kecurangan Berpotensi Korupsi

Mengenai solusi revitalisasi yang disampaikan, Menteri Trenggono mengatakan penerapannya tentu perlu koordinasi dan diskusi lebih lanjut. Baik dengan perwakilan pembudidaya Bumi Dipasena, pemda, maupun kementerian dan lembaga terkait.

“Kalau perlu nanti saya akan minta perwakilan pembudidaya untuk terbang ke Jakarta, kita diskusi intens. Saya juga akan minta tim Ditjen Perikanan Budidaya untuk intens ke sini untuk diskusi. Apabila itu disepakati, itu adalah langkah-langkah yang harus dijalankan,” pungkasnya.

Selain berdialog dengan pembudidaya, Menteri Trenggono meninjau langsung kawasan tambak untuk melakukan panen udang vaname. Dalam kunjungan kerja ini, Menteri Trenggono didampingi oleh Ketua Komisi IV DPR Sudin, Bupati Tulang Bawang Winarti dan perwakilan dari Kemenko Maritim dan Investasi. (adv/red)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here